Natal tahun 2020 memang sangat istimewa. Baru pertama kalinya dalam sejarah gereja Immanuel Berlin, Kebaktian Natal dibagi menjadi dalam dua kali kebaktian. Walaupun acara ini tidak dapat dilakukan secara tatap muka di gedung gereja melainkan melalui platform ZOOM, acara ini tidak mengurangi sukacita para keluarga dalam memaknai Natal bagi keluarga mereka. Acara ini diikuti oleh 32 keluarga. Tak hanya anak-anak beserta orang tua saja yang mengikuti acara ini, namun opa,oma, tante dan onkel, bahkan keluarga dari kota lain di Jerman dan dari Indonesia juga ikut ambil bagian.
Acara dibuka dengan persembahan penampilan mini orkestra dari Keluarga Purnomo, lalu dilanjutkan pemutaran video dari Beatrice dan Elsha yang mempersembahkan peragaan gaya dari sebuah lagu berjudul “Du bist es Wert”.
Setelah itu diadakan permainan online bagi kelompok Fische yang harus menebak hal-hal apa saja yang biasanya berhubungan dengan Natal.
Kelompok Teenies yang memainkan beberapa peran yang menggambarkan bagaimana orang-orang di Jerman memperingati hari Natal.
Tak ketinggalan, anak-anak dari kelompok usia paling kecil yaitu Spatzen juga diminta untuk menunjukkan barang-barang apa saja yang menjadi ciri khas Natal menurut mereka. Ada yang memperlihatkan pohon Natal, topi Natal, kue jahe, bintang, hiasan Natal, hadiah, mainan, dan ada pula yang menyebutkan Weihnachtsmarkt.
Giliran Ev. Riggruben yang mendapat giliran untuk memperlihatkan apa yang menurutnya menjadi ciri khas Natal, lalu beliau memperlihatkan sebuah buku yang sampulnya terbuat dari kayu. Tentu saja, hal ini membuat semua peserta yang hadir terheran-heran.
Ev. Riggruben pun menjelaskan bahwa kayu itu sebenarnya sangat identik dengan Natal. Karena sebenarnya kisah Natal itu diawali dengan berita yang pada mulanya turun kepada seorang tukang kayu, namanya Yusuf. Ia takut karena tunangannya yang bernama Maria sudah melahirkan, padahal mereka belum menikah.
Kayu juga merupakan bahan yang dipakai Yesus untuk diri-Nya lahir, yaitu di dalam palungan (Luk. 2:7). Ditulis dalam Alkitab bahwa sudah tidak ada lagi kamar bagi Yesus yang layak, sehingga dicari lah tempat yang paling bisa menampung bayi Yesus ini, yaitu di kayu palungan. Di Alkitab dikatakan oleh malaikat tersebut bahwa yang lahir adalah Juruselamat, tetapi lahirnya di palungan. Kayu palungan menunjukkan bahwa kisah Natal adalah kisah kerendahan hati, di mana Tuhan mau menjadi manusia.Kayu juga menunjukkan tujuan mengapa Yesus mau datang ke dunia. Kita tahu bahwa tujuan Yesus datang ke dunia adalah untuk menebus dosa manusia (Mat. 1:21), dan ini akan digenapkan di kayu yang terakhir, yaitu kayu salib. Berita penebusan dosa manusia sudah diberi tahu sejak awal Yesus masih di kandungan dan digenapkan di akhir kehidupan-Nya dengan mati di kayu salib. Kayu salib juga merupakan bayang-bayang dari Natal yang sesungguhnya, dan inilah makna Natal yang sebenarnya, Yesus mau datang ke dunia untuk menebus kita dari dosa.
Jadi Natal sangat berhubungan dengan kayu karena berita Natal itu sendiri merupakan ‘Suatu kisah ketaatan Yesus untuk rendah hati turun ke dalam dunia menjadi manusia dan menebus dosa kita.’ Bukan hanya sekedar hiasan, kado, kue, pohon Natal, mainan, dan sebagainya.
Sebelum foto bersama dilakukan, Alycia dan mama (Sdri. Sandra Kurniawan) mempersembahkan permainan akustik sebagai Postlude.